Sebagai bagian dari kegiatan Proyek FIP-1, dan untuk meningkatkan kepedulian dan kapasitas masyarakat dalam upaya pengelolaan hutan berkelanjutam, pada tanggal 23-26 Agustus 2019 telah diselenggarakan kegiatan Pembekalan Sekolah Hijau yang merupakan bentuk Pendidikan Lingkungan Hidup untuk pengelolaan hutan lestari.

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Pulau Majang, Kecamatan Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, dengan kelompok sasaran adalah para tenaga pendidik (SD, SMP, dan PAUD), Lembaga Desa, dan Lembaga Kemasyarakatan dari Desa Pulau Majang dan Desa Vega, serta tenaga Penyuluh Kehutanan dari Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TNBKDS).

Maksud dari kegiatan ini adalah untuk memberikan bekal pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai pengelolaan hutan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan hidup kepada para peserta. Peserta pelatihan diharapkan menjadi agen perubahan di lingkup nya masing-masing untuk keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya alam. Secara khusus, pelatihan ini bertujuan untuk:

• Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian peserta tentang isu-isu pengelolaan sumberdaya hutan lingkungan;
• Memberi alternatif pengelolaan yang lestari serta untuk menjaga dan mempertahankan keberlanjutan dan kelestariannya; dan
• Meningkatkan kemampuan dan keahlian guru/pendidik dan penyuluh dalam memfasilitasi pendidikan lingkungan hidup di sekolah dan di tengah masyarakat.

Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan oleh Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah Kalimantan. Peserta pelatihan berjumlah 30 orang (21 laki-laki, 9 perempuan), berasal dari guru-guru (SD, SMP, dan PAUD di desa Pulau Majang dan Vega), perwakilan dari Lembaga Desa, dan Lembaga Kemasyarakatan dari Desa Pulau Majang dan Desa Vega, dan dari tenaga penyuluh kehutanan dari TNBKDS.  Instruktur pada pelatihan ini adalah Ibu Latipah Hendarti dari Yayasan DeTara, dan didampingi oleh Ali Hayat dari Tim PISU Kapuas Hulu.

Adapun materi-materi yang disampaikan adalah:

• Pengenalan potensi dan permasalahan lingkungan hidup/sumberdaya hutan;
• Segitiga cinta pendidikan lingkungan hidup: konsep, prinsip, dan metoda;
• Garis-garis besar isi materi pendidikan lingkungan hidup (GBIM PLH);
• Konsep sekolah peduli dan berbudaya lingkungan;
• Konservasi keanekaragaman hayati: Penerapan konservasi keanekaragaman hayati di sekolah peduli dan berbudaya lingkungan;
• Pengelolaan sampah dengan sistem 3r di sekolah peduli dan berbudaya lingkungan;
• Materi air, pengelolaan dan sumber air di sekolah peduli dan berbudaya lingkungan;
• Pengenalan perubahan iklim dan upaya adaptasi dan mitigasi serta penerapan di sekolah;
• Langkah-langkah dan penyusunan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan – Program Sekolah Adiwiyata; dan
• Rencana aksi.

Untuk memelihara tingkat kosentrasi dan partisipasi peserta serta mencegah kejenuhan, maka materi-materi disampaikan dengan beberapa metoda, seperti pemaparan, tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok, penugasan, simulasi, permainan, dan praktek.

Para peserta merasa bahwa kegiatan pembekalan ini memberikan manfaat berupa tambahan pengetahuan dan pemahaman terkait pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya hutan.  Dari pemaparan yang disampaikan, para peserta berencana untuk menindaklanjutinya di masing-masing lokasi. Peserta juga merasa ada banyak potensi di sekitar desa yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan praktek recycle (mendaur ulang sampah untuk dijadikan barang-barang yang bermanfaat).

Pada kesempatan akhir sesi pembekalan, para peserta berkesempatan menyusun rencana aksi yang akan diimplementasikan di tempat masing-masing.  Para guru akan mengintegrasikan materi-materi pendidikan lingkungan hidup ke dalam Garis-Garis Besart Isi Materi (GBIM) pembelajaran yang akan disampaikan kepada para siswa di sekolah masing-masing.  Sedangkan para peserta dari perwakilan dari Lembaga Desa dan Lembaga Kemasyarakatan akan mendorong dan memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk berperilaku yang berwawasan lingkungan.